categori

Minggu, 29 Mei 2011

kebersamaan

Kebersamaan dan Keragaman



dok.sastra reboan
JAKARTA, KOMPAS.com--Ada pergulatan letup daya pikir yang juga terus dialiri bisik dzikir, membuat tulisan karya Dharmadi selalu memberikan pengingat kesejukan. Puisi-puisinya menjadi pohon yang menebarkan oksigen kepada nafas-nafas batin, kepada siapa pun yang singgah dan berteduh di rindangnya. Dahan dan rerantingnya bergerak menyeruak dengan lembutnya, ke segala penjuru dahaga, bahkan ke kamar-kamar sempit di kepadatan kota.
Demikianlah sepenggal ulasan yang disampaikan penyair Budhi Setyawan, ketika membedah "Aura" di acara Sastra Reboan #38 di Warung Apresiasi Bulungan, Jakarta (25/5). Buku kumpulan puisi karya Dharmadi, penyair asal Purwokerto ini merupakan buku ke-5 setelah buku berjudul Kembali ke Asal, Kemarau, Aku Mengunyah Cahaya Bulan, dan Jejak Sajak.
Diiringi curahan hujan deras di Warung Apresiasi Bulungan, Dharmadi mengungkapkan energi kreatif yang membuatnya terus menulis di usia lebih dari 60 tahun. Energi yang selalu mendorong untuk menorehkan kegelisahan jiwanya. "Saya sedang mencari Tuhan", katanya.
Selain Dharmadi, beberapa penulis tampil menyemarakkan Sastra Reboan. Dentingan musik akustik dari Hengki Firmansyah dan kawan-kawan secara segar mengawali pertunjukan yang kali ini mengambil tema Kebersamaan dan Keragaman. Tiga orang penyair yaitu Andi Gunawan, Erfan Haryando, dan MH Poetra, kemudian tampil membacakan puisi-puisi karyanya.
Penulis Saut Poltak Tambunan memberi suasana lain ketika membawakan monolog sambil memancing ikan di kolam tepi panggung. Monolog yang diteruskan oleh Ina Kaka ini merupakan salah satu naskah buku kumcer "Sengkarut di Meja Makan". Buku kumpulan cerpen ini disamping mengangkat tema kemanusiaan juga mencoba mengangkat kearifan lokal. Kesibukan, rutinitas, perkembangan teknologi telah menggeser nilai-nilai kearifan yang dulu biasa dibangun dalam ruang keluarga di meja makan, kini semakin dilupakan.
Sastra Reboan kali ini mendapat tamu istimewa, Bontot Sukandar, penyair Tegal yang belakangan keliling berbagai kota di Jawa Tengah mengusung musikalisasi puisi "KATA HATI". Duo penyair Tangerang Nana Sastrawan dan Abah Yoyok, tak mau kalah. Mereka berkolaburasi membacakan puisi dari buku kumpulan puisi yang diterbitkan oleh Komunitas Pecinta Seni Budaya Tangerang Serumpun.
Handoko Fainzam menemani Kirana Kejora tampil membawa petikan dari novel terbarunya "Querido". Acara ditutup oleh musikalisasi puisi dari Jodhi Judono.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar